Selasa, 19 April 2022

Cara Mudah Menentukan Pereaksi Pembatas dan Persen Hasil

Pereaksi Pembatas

Dalam reaksi kimia, tidak selalu bahwa semua reaktan akan habis bereaksi. Kita akan menemukan dimana salah satu reaktan habis terlebih dahulu sedangkan reaktan yang lain masih bersisa. Reaktan yang habis terlebih dahulu disebut pereaksi pembatas. Misalkan ketika kita mereaksikan A dan B, A habis bereaksi, sedangkan B bersisa, maka senyawa A adalah pereaksi pembatas.

Contoh Soal:

Asam sulfat (H2SO4) terbentuk dalam reaksi kimia:

2 SO2 + O2 + 2 H2O → 2 H2SO4

Misalkan 400 g SO2, 175 g O2, dan 125 g H2O dicampur dan reaksi berlangsung sampai salah satu reaktan habis. Manakah yang merupakan reaktan pembatas? Berapa massa H2SO4 dihasilkan, dan berapa massa reaktan lain yang tersisa?

Penyelesaian:

Pertama, tentukan mol mula-mula dari masing-masing reaktan:

Mol SO2 = massa/Mr = 400/64 = 6,25 mol

Mol O2 = massa/Mr = 175/32 = 5,46875 mol

Mol H2O = massa/Mr = 125/18 = 6,944 mol

Jika SO2 yang habis bereaksi, maka mol H2SO4 yang terbentuk:

Mol H2SO4 = (koef H2SO4/koef SO2) x mol SO2 = (2/2) x 6,25 mol = 6,25 mol

Jika O2 yang habis bereaksi, maka mol H2SO4 yang terbentuk:

Mol H2SO4 = (koef H2SO4/koef O2) x mol O2 = (2/1) x 5,46875 mol = 10,9375 mol

Jika H2O yang habis bereaksi, maka mol H2SO4 yang terbentuk:

Mol H2SO4 = (koef H2SO4/koef H2O) x mol H2O = (2/2) x 6,944 mol = 6,944 mol

Dalam hal ini, SO2 adalah pereaksi pembatas karena berdasarkan perhitungan menghasilkan jumlah produk terkecil (6,24 mol H2SO4). Oksigen dan air adalah pereaksi berlebih. Setelah reaksi, mol masing-masing reaktan yang tersisa adalah mol mula-mula dikurangi mol yang bereaksi:

Mol O2 yang bereaksi = (koef O2/koef SO2) x mol SO2 = (1/2) x 6,25 mol = 3,125 mol

Mol O2 yang tersisa = mol mula-mula – mol yang bereaksi = 5,46875 – 3,125 = 2,34375 mol

Mol H2O yang bereaksi= (koef H2O/koef SO2) x mol SO2 = (2/2) x 6,25 mol = 6,25 mol

Mol H2O yang tersisa = mol mula-mula – mol yang bereaksi = 6,944 – 6,25 = 0,694 mol

Massa reaktan dan produk setelah reaksi adalah

Massa H2SO4 = mol x Mr = 6,25 mol x 98 g/mol = 612,5 g

Massa O2 yang tersisa = mol x Mr = 2,34375 mol x 32 g/mol = 75 g

Massa H2O yang tersisa = mol x Mr = 0,694 mol x 18 g/mol = 12,492 g

Persen Hasil

Jumlah produk yang dihitung merupakan hasil teoritis, ditentukan dengan asumsi bahwa reaksi berjalan dengan bersih dan sempurna. Hasil sebenarnya dari produk (yaitu, jumlah yang ada setelah memisahkannya dari produk lain dan reaktan dan memurnikannya) biasanya kurang dari hasil teoritis.

Perbandingan hasil praktek dengan hasil teoritis (dikalikan dengan 100%) merupakan persen hasil reaksi.

Contoh Soal:

Bijih seng sulfida (ZnS) direduksi menjadi unsur seng dengan memanaskannya di udara untuk menghasilkan ZnO, dan kemudian memanaskan ZnO dengan karbon monoksida. Kedua reaksi tersebut dapat ditulis sebagai

ZnS + 3/2 O2 → ZnO + SO2

ZnO + CO → Zn + CO2

Sebanyak 5,32 kg ZnS direduksi dengan cara ini dan dihasilkan 3,30 kg Zn murni. Hitung hasil teoritis seng dan persen hasil yang sebenarnya.

Penyelesaian:

Tentukan mol ZnS (Mr = 97,3 g.mol-1) :

Mol ZnS = massa/Mr = 5.320 g/ 97,3 g.mol-1 = 54,6 mol

Tentukan mol ZnO dengan membandingkan koefisiennya:

Mol ZnO = (koef. ZnO/koef. ZnS) x mol ZnS = (1/1) x 54,6 mol = 54,6 mol

Lalu tentukan mol Zn dengan membandingkan koefisiennya:

Mol Zn = (koef. Zn/koef. ZnO) x mol ZnO = (1/1) x 54,6 mol = 54,6 mol

Dari mol Zn, ubah ke massa dengan mengalikannya dengan Ar Zn: (Ar = 65,3 g.mol-1)

Massa Zn = mol x Ar = 54,6 mol x 65,3 g.mol-1 = 3563,38 gram = 3,56338 kg

% hasil = (3,30 kg/3,56336 kg) x 100% = 92,6%

Senin, 18 April 2022

Langkah Sederhana Menyetarakan Persamaan Reaksi Kimia

Dalam reaksi kimia, suatu unsur digabungkan menjadi senyawa, suatu senyawa diuraikan kembali menjadi unsur, dan suatu senyawa diubah menjadi senyawa baru.

Karena atom tidak dapat dihancurkan dalam reaksi kimia, maka jumlah atom yang sama harus seimbang (setara) sebelum dan sesudah reaksi kimia berlangsung.

Suatu persamaan kimia dapat disetarakan dengan menggunakan penalaran bertahap. Misalkan pada reaksi penguraian ammonium nitrat (NH4NO3) ketika dipanaskan menghasilkan dinitrogen oksida dan air. Persamaan (yang belum setara) untuk reaksi ini adalah

NH4NO3 → N2O + H2O

Zat-zat disebelah kiri anak panah disebut reaktan (pereaksi), dan zat-zat di sebelah kanan disebut produk (hasil reaksi). Persamaan ini tidak setara, karena ada 3 atom oksigen, 4 atom hidrogen, di sebelah kiri anak panah, sedangkan di sebelah kanan hanya ada 2 atom oksigen dan 2 atom hidrogen.

Untuk menyetarakan persamaan, mulailah dengan menetapkan 1 sebagai koefisien satu senyawa, biasanya senyawa yang mengandung unsur paling banyak, dalam hal ini, NH4NO3.

1 NH4NO3 → N2O + H2O

Selanjutnya, cari unsur-unsur dalam zat itu yang muncul hanya sekali di tempat lain dalam persamaan dan tetapkan koefisien untuk menyeimbangkan jumlah atom unsur di kedua sisi. Atom nitrogen muncul hanya sekali di sisi kanan (N2O), maka jumlah atom nitrogen di sisi kiri sudah sama dengan jumlah atom nitrogen di sisi kanan. Kita tambahkan koefisien 1 di samping N2O :

1 NH4NO31 N2O + H2O

Kemudian kita setarakan atom hidrogen. Di sisi kiri terdapat 4 atom hydrogen, sedangkan disisi kanan hanya ada 2 atom hydrogen. Dengan demikian, untuk menyetarakannya, kita tambahkan koefisien 2 di samping H2O untuk menyetarakannya. Maka:

1 NH4NO31 N2O + 2 H2O

Terakhir, pastikan bahwa unsur terakhir, oksigen, juga setara yaitu masing-masing memiliki jumlah atom sebanyak 3 baik di sisi kiri ataupun kanan.

Koefisien 1 tidak ditulis dalam persamaan kimia, maka persamaan reaksi kimia setara untuk penguraian NH4NO3 menjadi dinitrogen oksida dan air adalah:

NH4NO3 → N2O + 2 H2O

Sebagai contoh kedua, perhatikan reaksi dimana butana (C4H10) dibakar dengan oksigen meghasilkan karbon dioksida dan air:

_C­4H10 + _O2 → _CO2 + _H2O

Kita perlu menambahkan koefisien pada tempat yang telah disediakan agar reaksinya menjadi setara.

Mulailah dengan menetapkan koefisien 1 pada butana, C4H10.

Sehingga di sisi kiri mengandung 4 atom karbon, sedangka di sisi kanan hanya terdapat 1 atom karbon. Oleh karena itu, kita harus menambahkan koefisien 4 di samping CO2.

Dengan cara yang sama, 10 atom hydrogen di sisi kiri, harus memiliki jumlah yang sama dengan atom hydrogen di sisi kanan. Namun, di sisi kanan hanya terdapat 2 atom hydrogen. Maka kita perlu menambahkan koefisien 5 untuk H2O.

1 C­4H10 + _O2 → 4 CO2 + 5 H2O atau

atau

4H10 + _O2 → 4 CO2 + 5 H2O

Empat molekul CO2 mengandung 8 atom oksigen, dan 5 molekul H2O mengandung 5 atom oksigen. Sehingga di sisi kanan terdapat 13 atom oksigen. Untuk menyetarakannya dengan sisi kiri, maka kita perlu menambahkan koefisien 13/2 di samping O2.

4H10 + 13/2 O2 → 4 CO2 + 5 H2O

Pada dasarnya, tidak masalah menggunakan pecahan 13/2 sebagai koefisien. Akan tetapi, seringkali menjadi kebiasaan untuk mengubah pecahan menjadi bentuk bilangan bulat dengan mengalikan koefisien dengan angka 2. Maka reaksinya menjadi:

2C­4H10 + 13 O2 → 8 CO2 + 10 H2O

Secara umum, Langkah-langkahnya dapat diringkas sebagai berikut:

1. Tetapkan 1 sebagai koefisien satu senyawa. Pilihan terbaik adalah senyawa yang paling rumit; yaitu, senyawa dengan jumlah atom banyak.

2. Identifikasi, secara berurutan, unsur-unsur yang muncul hanya dalam satu senyawa. Tentukan koefisien untuk menyetarakan jumlah mol atom unsur tersebut. Lanjutkan sampai semua koefisien telah diidentifikasi.

3. Jika diinginkan, kalikan seluruh persamaan dengan bilangan bulat terkecil yang akan menghilangkan pecahan apa pun.

Satu hal penting yang perlu diingat berkaitan dengan penyetaraan reaksi kimia adalah “jika Anda memiliki tiga karbon, dua oksigen, dan satu nitrogen sebelum reaksi, pastikan Anda memiliki tiga karbon, dua oksigen, dan satu nitrogen setelah reaksi.

Cara Menentukan Massa Zat dalam Persamaan Reaksi Kimia

 Persamaan kimia yang seimbang (setara) memberikan pernyataan yang kuantitatif tentang massa zat yang bereaksi. Contoh pada reaksi pembakaran butana,

2 C4H10 + 13 O2 → 8 CO2 + 10 H2O

Dapat diartikan sebagai

2 molekul C4H10 + 13 molekul O2 → 8 molekul CO2 + 10 molekul H2O

Atau

2 mol C4H10 + 13 mol O2 → 8 mol CO2 + 10 mol H2O

Dengan mengalikan massa molar setiap zat dalam reaksi dengan jumlah mol dapat diperoleh:

116 gram C4H10 + 416,0 gram O2 → 352 gram CO2 + 180 gram H2O

Koefisien dalam persamaan kimia (yang sudah setara) berhubungan dengan jumlah zat yang bereaksi atau dihasilkan pada suatu reaksi kimia. Untuk lebih jelasnya, perhatikan soal berikut ini.

Contoh Soal:

Kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2, digunakan sebagai zat pemutih, dihasilkan dari natrium hidroksida, kalsium hidroksida, dan klorin menurut persamaan reaksi berikut:

2NaOH + Ca(OH)2 + 2Cl2 → Ca(OCl)2 + 2NaCl + 2H2O

Berapa gram klor dan natrium hidroksida yang bereaksi dengan 1067 gram Ca(OH)2, dan berapa gram kalsium hipoklorit yang dihasilkan?

Penyelesaian:

Hitung terlebih dahulu Mr Ca(OH)2 :

Mr Ca(OH)2 = Ar Ca + 2(Ar O) + 2(Ar H) = 40 + 2(16) + 2(1) = 74 gram/mol

Lalu hitung mol Ca(OH)2 yang bereaksi:

Mol Ca(OH)2 = gram/Mr = 1067/74 = 14,42 mol

Berdasarkan persamaan reaksi yang sudah setara, 1 mol Ca(OH)2 bereaksi dengan 2 mol NaOH dan 2 mol Cl2 untuk menghasilkan 1 mol Ca(OCl)2. Jika 14,42 mol Ca(OH)2 bereaksi sempurna, maka:

Mol NaOH = (2/1) x mol Ca(OH)2

                 = 2 x 14,42 mol = 28,84 mol

Mol Cl2 = (2/1) x mol Ca(OH)2

                 = 2 x 14,42 mol = 28,84 mol

Mol Ca(OCl)2 = (1/1) x mol Ca(OH)2

                 = 1 x 14,42 mol = 14,42 mol

Dengan mengalikan mol dengan Mr , akan diperoleh massa masing-masing zat:

Mr NaOH = Ar Na + Ar O + Ar H = 23 + 16 + 1 = 40 gram/mol

Mr Cl2 = 2(35,5) = 71 gram/mol

Mr Ca(OCl)2 = Ar Ca + 2(Ar O) + 2(Ar Cl) = 40 + 2(16) + 2(35,5) = 143 gram/mol

 

Massa NaOH = mol x Mr NaOH = 28,84 mol x 40 g/mol = 1.153,6 g

Massa Cl2 = mol x Mr  Cl2= 28,84 mol x 71 g/mol = 2.047,64 g

Massa Ca(OCl)2 = mol x Mr Ca(OCl)2 = 14,42 mol x 143 g/mol = 2.062,06 g

Jumat, 15 April 2022

Cara Menentukan Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus Empiris

Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan paling sederhana dari mol tiap-tiap atom penyusun suatu senyawa. Kita ambil contoh pada senyawa glukosa C6H12O6, menunjukkan bahwa untuk glukosa tersusun atas 6 atom karbon, 12 atom hidrogen dan 6 atom oksigen. Hal ini setara dengan 6 mol karbon, 12 mol hidrogen dan 6 mol oksigen. Jumlah atom dan jumlah mol masing-masing unsur disajikan dalam perbandingan yang sama, yaitu 6 : 12 : 6 atau dalam bentuk paling sederhana 1:2:1. Maka rumus empiris dari glukosa C6H12O6 adalah CH2O.


Menentukan Rumus Empiris dari Persen Massa

Rumus empiris suatu senyawa dapat dikaitkan dengan persen massa unsur-unsur penyusunnya menggunakan konsep mol. Sebagai contoh, rumus empiris untuk etilena (rumus molekul C2H4) adalah CH2. Persen massa dihitung dari massa karbon dan hydrogen dalam 1 mol CH2 menggunakan rumus:  

Massa C = 1 mol C x 12 gram/mol = 12 gram

Massa H = 2 mol H x 1 gram/mol = 2 gram

Kemudian kita jumlahkan massa C dan H sehingga diperoleh massa total 14 gram. Persentase massa karbon dan hidrogen dalam senyawa tersebut kemudian diperoleh dengan membagi massa masing-masing dengan massa total dan dikalikan 100%. Hasil yang diperoleh adalah 85,714% C dan 14,286% H. 

 Lalu bagaimana cara menentukan rumus empiris jika pada soal yang diketahui adalah persen massa? 

Untuk menentukan rumus empiris dari persen massa suatu unsur, terlebih dahulu kita dapat mencari mol masing-masing unsur penyusun suatu senyawa dengan membagi persen massa dengan Ar unsur. Setelah itu membandingkan mol masing-masing unsur yang diperoleh. Perbandingan paling sederhana dari perbandingan mol unsur penyusun senyawa itulah yang merupakan rumus empiris.

Contoh Soal: 

Tentukan rumus empiris suatu senyawa hidrokarbon yang mengandung 80% massa C dan 20% massa H! (Ar C = 12, H =1)

Penyelesaian:

Mol C = persen massa C/ Ar C = 80/12 = 6,67 mol

Mol H = persen massa H/Ar H = 20/1 = 20 mol

 mol C : mol H = 6,67 : 20 = 1 : 3

Maka rumus empiris senyawa hidrokarbon tersebut adalah CH3


Menentukan Rumus Empiris dari Massa Unsur 

Cara menentukan rumus empiris dari massa unsure sama dengan cara menentukan rumus empiris menggunakan persen massa. Kita perlu mencari mol masing-masing unsur penyusun kemudian membandingkannya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh soal berikut.

Contoh Soal:

Tentukan rumus empiris suatu senyawa yang mengandung 3 gram C, 0,5 gram H dan 4 gram O! (Ar C = 12, H = 1, O = 16)

Penyelesaian: 

Mol C = massa C/Ar C = 3/12 = 0,25 mol 

Mol H = massa H/Ar H = 0,5/1 = 0,5 mol 

Mol O = massa O/Ar O = 4/16 = 0,25 mol 

mol C : mol H : mol O = 0,25 : 0,5 : 0,25 = 1 : 2 : 1 

Maka rumus empiris senyawa tersebut adalah CH2


Menentukan Rumus Empiris Senyawa Berdasarkan Reaksi Pembakaran 

Hidrokarbon merupakan senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen. Rumus empirisnya dapat ditentukan melalui reaksi pembakaran dimana massa CO2 dan H2O yang dihasilkan dari reaksi pembakaran diketahui. 

Contoh Soal: 

Suatu senyawa yang digunakan sebagai bahan bakar pengelasan, hanya mengandung karbon dan hidrogen. Pembakaran sampel bahan bakar ini menghasilkan 3,38 gram CO2 0,692 gram air, dan tidak ada produk lain. Tentukan rumus empiris senyawa tersebut! 

Penyelesaian: 

Pertama kita hitung dulu mol C dan H. Karena semua karbon dalam senyawa telah diubah menjadi CO2 dan semua hidrogen menjadi air (H2O), maka mol C dan H dalam senyawa dapat kita tentukan: 

Mol CO2 = massa CO2 / Mr CO2 = 3,38/44 = 0,0768 mol 

Mol C = mol CO2 = 0,0768 mol 

Mol H2O = massa H2O/Mr H2O = 0,692/18 = 0,0384 mol 

Mol H = 2 x mol H2O = 2 x 0,0384 mol = 0,0768 mol 

mol C : mol H = 0,0768 : 0,0768 = 1 : 1 

Maka rumus empiris senyawa tersebut adalah CH. 


Hubungan antara Rumus Empiris dengan Rumus Molekul 

Rumus molekul adalah kelipatan bilangan bulat dari rumus empiris. Untuk menentukan rumus molekul, kita harus mengetahui massa molekul relatif (Mr) senyawa yang dicari. 

Contoh Soal: 

Suatu senyawa hidrokarbon memiliki rumus empiris CH3. Jika 0,3 mol senyawa hidrokarbon tersebut memiliki massa 9 gram. Tentukan rumus molekulnya!

Penyelesaian: 

Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa hidrokarbon tersebut: 

 Mr hidrokarbon = massa/mol = 9 gram/0,3 mol = 30 gram/mol 

 Kemudian kita tentukan Mr untuk rumus empirisnya: 

 Mr CH3 = 12 + 3x1 = 12 + 3 = 15 gram/mol 

 Terakhir, carilah kelipatan bilangan bulat untuk rumus empiris terhadap rumus molekul: 

 (Mr Rumus empiris) x n = Mr Rumus molekul 

15 x n = 30 n = 2 

 Sehingga rumus molekulnya adalah (CH3)2 = C2H6.

Cara Menentukan Energi Ionisasi Atom

Sebelum kita membahas bagaimana cara membandingkan energi suatu atom dengan atom lain, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu energi ionisasi.

Gambar Energi Ionisasi Atom Netral


Energi ionisasi, EI1, dari sebuah atom (disebut juga energi ionisasi pertama, atau potensial ionisasi) adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari atom netral dalam fasa gas dan membentuk ion bermuatan positif dalam fasa gas. Energi ionisasi ini termasuk perubahan energi. ∆E.

X(g) → X(g)+ + e                       ∆E = EI1

∆E untuk reaksi ionisasi selalu positif. Energi ionisasi adalah ukuran stabilitas atom bebas. Atom-atom dengan energi ionisasi yang lebih besar, lebih stabil daripada atom dengan energi ionisasi yang lebih kecil.

Energi ionisasi umumnya meningkat dari kiri ke kanan dalam satu periode, menjadi besar untuk setiap atom gas mulia, dan kemudian menurun untuk atom alkali pada awal periode berikutnya. Energi ionisasi yang besar untuk atom gas mulia menunjukkan bahwa konfigurasi elektronnya sangat stabil, dan butuh energi yang cukup besar untuk melepaskan elektronnya. Selain itu, konfigurasi elektron atom gas mulia lebih stabil daripada konfigurasi elektron atom sebelum dan sesudahnya pada tabel periodik unsur.

Sedangkan dalam satu golongan, energi ionisasi umumnya menurun dari atas ke bawah. Hal ini disebabkan semakin besarnya jari-jari atom yang mengakibatkan daya tarik inti pada electron terluar semakin menurun. Sehingga tidak butuh enenrgi yang besar untuk melepaskan elektronnya.

Energi ionisasi kedua, EI2, adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron kedua, seperti yang ditunjukkan pada proses berikut

X+(g) → X(g)2+ + e                    ∆E = EI2

Reaktan dalam persamaan kimia ini adalah kation yang terbentuk dari pelepasan elektron pertama dari atom netral.

Begitu juga dengan energi ionisasi ketiga, keempat, dan yang lebih tinggi, didefenisikan dengan analogi yang sama.

 

Soal 1

Untuk setiap pasangan atom berikut, manakah yang memiliki energi ionisasi pertama paling tinggi

  1. Rb atau Sr
  2. Po atau Rn
  3. Xe atau Cs
  4. Ba atau Sr

Jawab:

  1. Dalam sistem periodik unsur, Rb dan Sr terletak dalam satu periode. Sr terletak disebelah kanan Rb, sehingga Sr memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding Rb.
  2. Dalam sistem periodik unsur, Po dan Rn terletak dalam satu periode. Rn merupakan gas mulia dan terletak paling kanan, sehingga Rn memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding Po.
  3. Dalam sistem periodik unsur, Xe dan Cs terletak dalam periode yang berbeda. Xe merupakan gas mulia yang terletak pada periode 5, sedangkan Cs merupakan golongan alkali yang terletak pada periode 6. Xe memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding Cs, sebab atom gas mulia memiliki energi ionisasi yang lebih tinggi daripada atom alkali pada periode berikutnya.
  4. Dalam sistem periodik unsur, Ba dan Sr terletak dalam satu golongan. Sr terletak di atas Ba, sehingga Sr memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding Ba.

Soal 2

Untuk setiap pasangan atom berikut, manakah yang memiliki energi ionisasi pertama paling tinggi

  1. Bi atau Xe
  2. Se atau Te
  3. Rb atau Y
  4. K atau Ne

Jawab:

  1. Dalam sistem periodik unsur, Bi dan Xe terletak dalam periode yang berbeda. Xe merupakan gas mulia yang terletak pada periode 5, sedangkan Bi merupakan atom golongan VA yang terletak pada periode 6. Xe memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding Bi, sebab atom gas mulia memiliki energi ionisasi yang lebih tinggi daripada atom pada periode berikutnya.
  2. Dalam sistem periodik unsur, Se dan Te terletak dalam satu golongan. Se terletak di atas Te, sehingga Se memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding Te.
  3. Dalam sistem periodik unsur, Rb dan Y terletak dalam satu periode. Y terletak disebelah kanan Rb, sehingga Y memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding Rb.
  4. Dalam sistem periodik unsur, K dan Ne terletak dalam periode yang berbeda. Ne merupakan gas mulia yang terletak pada periode 2, sedangkan K merupakan golongan alkali yang terletak pada periode 4. Ne memliki energi ionisasi pertama yang lebih besar dibanding K, sebab atom gas mulia memiliki energi ionisasi yang lebih tinggi daripada atom alkali pada periode berikutnya.

Featured Post

Cara Menghitung pH Asam dan Basa: Soal dan Pembahasan Terlengkap

  Sifat larutan (asam, basa atau netral) dapat direpresentasikan menggunakan konsentrasi ion hidrogen (H + )  atau konsentrasi ion hidroksil...