Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Senyawa Koordinasi / Senyawa Kompleks

Pendahuluan Senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi. Sedangkan senyawa kompleks adalah senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atau atom logam dengan atom non logam. Contoh senyawa kompleks adalah [Co(NH 3 ) 6 ]Cl 3 . Teori Werner Werner mengusulkan untuk menuliskan semua molekul dan ion di dalam kurung persegi, sedangkan anion ion bebas (yang terdisosiasi dari ion kompleks ketika larut dalam air) ditulis diluar kurung. Tatanama Senyawa Koordinasi Terdapat dua cara penamaan senyawa kompleks / koordinasi, yaitu : berdasarkan nama dan jumlah ligan serta nama atom pusat beserta tingkat oksidasinya, contoh:(NH 4 ) 3 [CuCl 5 ] = amonium pentachlorocuprat(II) berdasarkan nama dan jumlah ligan, nama atom pusat serta muatan dari kompleks yang ada, contoh: (NH 4 ) 3 [CuCl 5 ] = amonium pentachlorocuprat(-3) Tatanama senyawa kompleks juga dibedakan berdasarkan jen

Menghitung Derajat Kekurangan Atom Hidrogen

Dalam spektroskopi senyawa organik, sebelum menentukan struktur dari suatu senyawa organik terlebih dahulu kita harus menentukan apakah senyawa tersebut mempunyai ikatan rangkap atau tidak. Kalau iya, berapa jumlah ikatan rangkap dari senyawa tersebut. Hal ini kita lakukan untuk memudahkan dalam penentuan struktur dari senyawa tersebut. Banyaknya jumlah ikatan rangkap setara dengan 1/2 kali jumlah kekurangan atom hidrogen. Jumlah ikatan rangkap biasa juga disebut dengan derajat kekurangan atom hidrogen atau derajat ketidakjenuhan. Satu angka ketidakjenuhan setara dengan satu ikatan rangkap dua atau setara dengan satu buah siklik, dan satu ikatan rangkap tiga setara dengan dua ikatan rangkap dua. Angka ini dapat ditentukan menggunakan rumus berikut: Contoh: Tentukan derajat ketidakjenuhan dari molekul C 6 H 6 NBr! derajat ketidak jenuhan = 1/2 ( 2x6 + 2 - 6 - 1 + 1) = 1/2 (8) = 4 Jadi molekul  C 6 H 6 NBr memiliki 4 derajat ketidakjenuhan.

Penentuan Laju Reaksi

Sama halnya dengan kecepatan dalam fisika, laju reaksi dibedakan menjadi dua yaitu laju reaksi rata-rata dan laju reaksi sesaat . Laju reaksi rata-rata Untuk reaksi A + B → C laju reaksinya adalah  Δ didefinisikan sebagai kondisi akhir dikurangi kondisi awal (selisih/perubahan) sehingga laju reaksinya Laju reaksi sesaat Untuk reaksi A + B → C laju reaksinya adalah Lajunya hanya bergantung pada konsentrasi reaktan (A dan B). m dan n merupakan orde reaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Penentuan Laju Rata-rata Contoh: Berikut adalah grafik perubahan konsentrasi B terhadap waktu. Berapakah laju pengurangan B antara 10 hingga 40 detik? Jawab: r = 0,006 M/s Penetuan Laju Sesaat Untuk reaksi A + B → C laju reaksinya adalah r = k [A] m  [B] n Contoh: Tentukan masing-masing orde reaksi A dan B berdasarkan data percobaan sebagai berikut. 2A (g) + B (g) → 2AB Penyelesaian v = k [A]x [B]y Langkah-langkah penentuan ord

Laju Reaksi

Definisi Ketika kita membakar selembar kertas dan sepotong kayu, maka baik kertas dan kayu akan habis terbakar menjadi abu ataupun arang pada waktu tertentu. Waktu yang dibutuhkan agar kertas habis terbakar disebut waktu reaksi. Banyaknya/jumlah kertas atau kayu yang habis terbakar tiap satuan waktu kita sebut dengan laju reaksi . Laju reaksi (v) didefinisikan sebagai laju berkurangnya jumlah pereaksi (reaktan) per satuan waktu atau laju bertambahnya jumlah hasil reaksi (produk) per satuan waktu. Sebagai contoh reaksi A → B, maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut:     atau Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Ketika selembar kertas dan sepotong kayu kita bakar, maka kertas dan kayu akan memiliki waktu yang berbeda untuk habis terbakar. Begitupun dengan ketika kita melarutkan gula pada air panas dan air dingin akan memiliki perbedaan waktu agar semua gula larut. Perbedaan tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu: Konsentrasi : semakin tinggi konsent